Activity

  • latifianazalati posted an update 8 years, 7 months ago

    PARA PENCARI ILMU
    Meskipun bukan yang terbaik, tapi jika dibandingkan dengan sistim pendidikan di Indonesia, sistim di Prancis tentulah lebih unggul. Kita secara jujur harus mengakui itu. Bukan hanya hal tersebut, sarana dan prasarananya juga dapat dikatakan lebih bagus di Prancis daripada di tanah air kita. Meskipun demikian, hal itu tidak boleh membuat diri kita semakin minder atau rendah diri. Jika Prancis lebih baik dari Indonesia di bidang pendidikan, kita harus mengetahui, bahwa hal itu tentulah telah melewati etape demi etape yang cukup panjan dan memakan waktu. Wajar jika Prancis lebih baik, jika dipandang dari segi usia negaranya. Waktu demi waktu, di beberapa titik, orang Prncis harus juga mengakui, bahwa pendidikan Indonesia ada juga yang lebih unggul.
    Salah satu yang menurut saya membuat pendidikan kita tidak lebih maju dibanding Negara lain adalah karena adanya paham nilai sentries, yang menganggap nilai adalah segalanya. Jadi, siswa belajar bukan untuk mendapatkan ilmu, tetapi untuk memperoleh nilai. Akhirnya, karena yang diingini hanya nilai, ilmu pun ditinggalkan. Tidak dapat ilmunya tidak apa-apa, asalkan nilainya bagus. Paham ini memang mungkin tidak semuanya menerapkan, tetapi saya yakin banyak yang seperti itu.
    Nilai yang bagus tak pasti menjamin masa depan. Ada banyak orang cerdas pandai yang nilainya luar biasa bagus, tapi masa depannya suram. Ada orang yang nilainya pas-pasan malah mempunyai masa depan gemilang. Dan hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mungkin memang seseorang mendapatkan nilai pas-pasan bahkan kurang pada beberapa hal/pelajaran/makul namun di masa mendatang justru ia meraih kesuksesan yang lebih dibanding dengan kawan-kawannya, hal tersebut karena ia memiliki keceerdasan-kecerdasan lain yang jauh lebih menonjol seperti hubungan interpersonalnya dengan orang lain sangat baik sehingga ia mampu menjalin telasi luar biasa dengan berbagai orang yang mampu menunjang pekerjaan di masa depannya. Karena perlu kita ketahui bahwa manusia memiliki 9 kecerdasan sebagai nikmat gratis dari Tuhan, yang bisa saja dalam beberapa bidang lemah namun dapat dipastikan di beberapa bidang lainnya sangat unggul. Begitulah cara Tuhan. Sungguh adil. Agar pada akhirnya untuk saling melengkapi dan berkontribusi pada porsinya masing-masing.
    Para pencari ilmu di zaman dahulu tak begitu mempedulikan nilai. Bagi mereka, ilmu itu sendiri sudah lebih dari cukup. Saya yakin, jika ilmunya sudah kita kuasai, maka nilai yang bagus akan mengikuti. Saya yakin orang yang memiliki ilmu pastilah lebih mudah mendapat nilai bagus, tetapi orang yang mempunyai nilai bagus tak mesti mempunyai ilmu yang berbanding lurus dengan nilainya tersebut.
    Lebih baik mencari ilmu daripada hanya sekedar nilai yang baik. Dari ilmu kita mampu memeperoleh nilai, tetapi tak semua nilai mencerminkan semua ilmu yang ada di otak kita.
    Miris rasanya bahwa kita sering memberikan justifikasi kepada orang lain hanya berdasar angka-angka yang terdapat pada rapor atau daftar nilai. Kita lupa, bahwa diri kita mempunyai banyak sisi yang tak dapat dinilai dengan angka. Menurut saya pribadi, pendewasaan kita akan kepandaian atau kecerdasan dengan melupakan sisi yang lain justru akan membuat diri kita seperti robot. Pintar memang, tetapi tak peka. Cerdas pasti, tapi kurang membumi.
    Demikianlah, kita harusnya tak cukup puas dengan hanya menciptakan orang-orang pandai di bidang ilmu pengetahuan saja. Seharusnya kita mulai berpikir untuk mengisi jiwa dan karakter anak, anak didik, dan diri kita sendiri dengan melibatkan
    seluruh potensi yang dimiliki.

    Referensi bacaan : Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum dan Munif Chatib. 2014. Guru Monyet Bukan Guru Biasa. Malang. Genius Media