Activity

  • Afif Noor Fauziyah posted an update 6 years, 6 months ago

    Judul buku : Pendidikan yang Memerdekakan Siswa
    Nama pengarang : Ign. Gatut Saksono
    Nama penerbit : Rumah Belajar Yabinkas
    Ketebalan buku : 163 lembar
    Tahun terbit : 2008

    Buku karangan Ign.gatut Saksono menerangkan kondisi pendidikan yang salah menganggap anak didik sebagai pribadi, dan degederasi tersebut telah berkembang hingga sekarang. Para tenaga pengajar menganggap anak didik sebagai anak kandung sendiri. Sungguh di sayangkan bahwa pendidikan yang seharusnya menjadi pilar suatu bangsa untuk memajukan generasi tetapi malah kurang mengerti kondisi sisiwa.
    BAB 1. PAULO FREIRE “Pendidikan yang Membebaskan”
    Paulo Freire berpendapat bahwa membaca merupakan usaha lain untuk melakukan studi- bukan hanya sekedar tindakan rekreatif tetapi juga usaha serius bahwa pembaca mencari kejelasan atas masalah yang masih terasa. Dalam pelaksanaannya konsep ini siswa mendapatkan ilmu banyak yang di berikan oleh guru, tetapi belum tentu siswa memahami pelajaran.
    BAB 2. IVAN ILLICH “Bebas dari Sekolah”
    Illich menyadari bahwa dalam dalam pelaksanaan pendidikan hak belajar dipersempit sehingga menjadi kewajiban bersekolah. Sifat guru terhadap murid menambah beban pendidikan, walaupun beban pendidik tidak terlalu berat akan tetapi para murid terbebani dengan sifat tersebut. Dalam kasus ini mengakibatkan para murid merasa kemampuannya berbeda dengan temannya.
    BAB 3. KI HADJAR DEWANTARA “Dengan Taman Siswanya”
    Pada tahun 1927 Ki Hadjar bersama dengan Soekarno mendirikan PNI serta melakukan kampanye kemerdekaan untuk melepaskan diri dari penjajah Hindia Belanda. Cita-cita tersebut sebenarnya sudah tercetus saat beliau mendirikan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1992.
    Ki Hadjar dengan pedomannya ingin membuat sebuah cara supaya sistem sekolah berjalan dengan otoriter, dan lebih keras dengan memberlakukan sanksi (hukuman) untuk anak didik. Selanjutnya pendapat Ki Hadjar dinamakan “Paradigma Trikon” yang berisi :
    1. Kontinyu (berkesinambungan dengan masa lalu).
    2. Konvergen (bertemu secara terbuka dengan perkembangan baru).
    3. Konsentris (menyatu dengan alam universal).
    BAB 4. AHMAD DAHLAN “Dengan Pendidikan Muhammadiyah”
    Latar belakang berdirinya Muhammadiyah adalah penetrasi misi krsten. Kemudian Muhammadiyah sendiri berdiri pada tanggal 18 November 1912. Lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ahmad Dahlan berupa pengajian “Fath al – Asrar Miftah as – Sa’adah” yang artinya membuka rahasia adalah kunci kesuksesan. Pada awal pendidikan Muhammadiyah berpijak pada teologis yang kuat, yaitu manusia akan mencapai ketakwaan dan keimanan yang sempurna di dalam ilmu pengetahuan.
    BAB 5. Filsafat Pendidikan Driyarkara
    Driyarkara berpendapat bahwa posisi manusia dengan eksistensinya sebagai pusat dari kehidupan di dunia ini. Manusia merupakan makhluk yang beranggapan dengan diri sendiri dalamdunianya. Pada tingkat nasional pendidikan harus menghasilkan generasi muda supaya dapat mendukung dan mengamalkan kebudayaan nasional, agar tetap lestari dan tidak punah di zaman modern ini.
    BAB 6. ANITA LE “Mendidik dari Konteks Siswa”
    Anita mengatakan bahwa lembaga pendidikan di Indonesia tidak memahami anak didik sebagai seorang pribadi. Para pendidik masih beranggapan siswa sebagai anak didik pada masa penjajahan Hindia Belanda dan Orde lama. Pada masa itu kehidupan sangat sulit, para guru tetap semangat karena mereka mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi. Sedangkan pada saat ini para Guru sudah tidak dihormati siswanya, sikap hormat siswa semakin luntur.
    BAB 7. MANGUNWIJAYA “Pendidikan yang Memerdekakan Rakyat”
    Romo Mangun menganggap bahwa pendidikan masa Orde Baru tidak menghasilkan manusia-manusia yang humanis. Pada masa ini pendidikan harus dibenarkan supaya dapat menuntun anak didik ke arah pendewasaan diri, teremansipasi, merdeka, humanis, serta dapat bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Dalam hal ini peran keluarga sanget berpengaruh terhadap karakter setiap anak-anaknya.
    BAB 8. RA KARTINI “Dan Pendidikan bagi Prempuan”
    Pada masa pemerintahan Hindia Belanda kaum perempuan di Indonesia tertekan oleh kebijakan yang berlaku. Tetapi Kartini yang prihatin dengan kondisi ini berani menolak kebijakan tersebut dengan cara menulis maupun menyetarakan kodrat perempuan dengan laki-laki khursusnya dalam bidang pendidikan.
    BAB 9. H.A.R TILAAR “Pendidikan Pasca Amandemen”
    Masalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebenarnya telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa yang cerdas merupakan bangsa yang terhindar dari kemiskinan. Pendidikan nasional berfungsi untuk menuntun manusia menjadi pribadi yang merdeka dan cerdas.
    BAB 10. BAHARUDIN “Dengan Pendidikan Alternatifnya”
    Masyarakat sering berpendapat bahwa sekolah merupakan perusahaan di bidang jasa. Sedangkan biaya untuk sekolah juga sangat banyak. Sehinnga Baharudin mengemukakan bahwa konsep dasar pendidikan komunitas meniadakan guru mengajar, konsep ini ditiadakan yang adahanya belajar bersama.
    BAB 11. SOFIAN EFFENDI “Kembali ke Pendidikan yang Disemangati Pembukaan UUD 1945”
    Dalam pelaksanaan pendidikan akhir-akhir ini telah terjadi deviasi antara ketentuan konstitusionaldengan pelaksanaannya dalam berbagai bidang masyarakat. Tuntutan Gerakan Reformasi dalam 10 tahun kedepan adalah membanarkan hubungan negara dan warga ke jalan yang benar.
    Kesimpulan :
    Kondisi pendidikan di Dunia khursusnya di Indonesia menghasilkan sikap anti masyarakat, sehingga menimbulkan siswa kurang memiliki sikap humanis. Sekolah yang merupakan satu-satunya lembaga pendidikan . padahalkondisi lingkungan (keluarga) merupakan cikal bakal terbentuknya pendidikan karakter.
    Keunggulan :
    1. Buku ini menerangkan kondisi pendidikan di Dunia, khursusnya di Indonesia.
    2. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga mudah diaplikasikan.
    3. Dalam setiap babnya memuat latar belakang dalam setiap masalah pendidikan yang ada.
    Kekurangan :
    1. Ada beberapa kata yang asing untuk orang awam tetapi tidak diperjelas dalam glosarium.
    2. Buku ini kurang menarik pembaca karena tidak disertai gambar.