Activity

  • sulistiawan posted an update 6 years, 7 months ago

    “Keberania Untuk Bermimpi”
    Oleh: Jumardin Taslim
    Identitas Buku
    Judul Buku : Edensor
    Penulis : Andrea Hirata
    Penerbit : PT. Bentang Pustaka
    Cetakan : XV, September 2008
    ISBN : 978-979-1227-02-05
    Tebal buku : xii + 294 Halaman

    Pratinjau
    Inspiratif. Itulah kesan tersirat setelah membaca novel tetralogi dari Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ini. Bagaimana tidak? Alur cerita serta penggunaan bahasa yang digunakan dipadukan begitu apik dari awal hingga akhir cerita. Di awal bab, pembaca sudah disuguhkan kisa motivasi tentang kehidupan sehingga minat pembaca semakin bertambah untuk menyelesaikan membaca novel ini.Dalam novel ini digambarkan tentang betapa hebatnya kekuatan dari bermimpi. Mimpi bukan sekadar mimpi, bahkan untuk bermimpi pun kita harus berani mengambil resiko, seperti yang tertuang dalam cerita di novel ini. Novel ini menceritakan tentang petualangan Andrea dan Arai di Eropa demi mewujudkan sebuah mimpi yang mereka angan-angankan sejak kecil.Novel ini tak hanya memberikan inspirasi namun juga memberikan pelajaran bahwa tak ada yang sia-sia di dalam kehidupan ini. Novel ini juga mampu membuat pembaca berimajinasi dengan ilustrasi yang diberikan, sehingga pembaca serasa hanyut dalam alur cerita novel ini.

    Isi
    1) Unsur intrinsik

    Tema
    Tema yang sesuai dengan cerita novel ini adalah Kekuatan Sebuah Mimpi, hal ini dapat dilihat dari bagaimana dua orang pemuda yang mempunyai keberanian untuk bermimpi dan usaha meraih mimpi itu dengan modal keberanian dan tekad yang kuat.
    Alur
    Alur yang digunakan dominan alur maju, namun dalam beberapa mozaik (2, 9, 26, 42, dan 44.) menggunakan alur mundur (flashback).
    Penokohan

    Weh
    – Pemberani“Tak ada orang yang bernyali ke Mentawai hanya dengan menaikkan layar. Kautahu, Bujangku? Weh menyelami teripang, empat puluh meter di dasar Lingga yang pekat, dengan tabung udara dadanya saja. Hanya dia yang masih berani ke Pulau Lanun. Ia tak peduli lagi dengan nyawanya.” (5)- Baik Hati“Weh terjun menyelamatkanku. Ia meraih tali tempuling, aku menahannya. Aku tak rela melepaskan hiu besar itu.” (6)
    Ikal (Andrea)- Pintar
    “Aku dan Arai menerima surat pengumuman tes beasiswa itu di Belitong.” (45)- Nakal“Nakalku makin menjadi. Aku blingsatan mencari diriku sendiri, tersesat dalam ide-ide yang sinting.”(23)- Iseng“Kedua, adalah kenakalan yang kusembunyikan jauh di dalam hati, sehingga Maurent sendiri tak tahu bahwa aku seelalu berusaha agar dia menyebut namanya berulang-ulang.” ( 83)
    – Setia“Aku merindukan A Ling, rindu pada senyumnya,…Aku ingin bertemu, tapi ia masih raib” (160)- Gigih“Meski gagal dengan gadis kecil itu tapi tak mengapa. Paling tidak kami telah diundang, walau ia lupa mengundang, dan diundang untuk wawancara, ah, kata itu, selalu menimbulkan perasaaan senang dalam hatiku.” (39)Arai- Gigih“Arai kembali bersemangat menimbuniku dengan daun-daun rowan sambil tertawa terkekeh-kekeh·” (65)- Setia“Tanggal 14 September adalah ulang tahun Zakiah. Inilah sumber gundah gulana itu. Sungguh setia cinta dalam hati Arai.” (230)
    Ayah- Penyayang“Mengetahui aku dan Arai akan pergi jauh, doa Ayah lebih panjang dari biasanya.

    ”Ibu- Keras Kepala“Hampir pukul dua belas malam, ketubannya pecah! Ibumu megap-megap tapi masih bersikeras tak mau mengejan!” (15)

    Famke Somers- Ramah“Native Eropa pertama yang kami temui di tanah airnya sendiri, keramahannya mencengangkan.” (54)- Bersahabat“Berat sekali berpisah dengan Famke. Ia telah menjadi sahabat yang sangat baik.” (57)- Baik Hati“Di sekitar kita ada kawan yang selalu hadir sebagai pahlawan. Famke adalah kawan semacam itu.” (155)

    Stansfield- Trendi“Stansfield seorang perempuan yang trendy.” (96)- Congkak“ Banyak yang heran bagaimana aku bisa akrab dengan Stansfield yang sengak itu.” (97)Townsend- Keras Kepala“Kepala gengnya Virgnia Sue Townsend. Pernahkah Kawan mendenger kisah Vermont Stubborn? Alkisah, ladang pertanian di Vermont, negara bagian keempat belas di Amerika Serikat, berkarang-karang. Hanya kemauan baja yang dapat menaklukkannya. Karena itu, orang-orang Vermont terkenal keras kepala hingga lahir julukan Vermont Stubborn. Nah, Virginia lahir dari keluarga Vermont tulen.” (97)

    Katya- Menawan“Katya adalah primadona. Semua pria di kelas kami, berarti termasuk aku, jika ditawarin kawin, rela menukar kewarganegaraaanya, murtad pada bangsa sendiri, untuk menjadi warga Jerman, meski itu harus bekerja membersihkan cerobong asap di Bayern sana.” (112)

    MVRC Manooj- Jenaka
    “Ia berkulit legam, kurus tingggi, dan berwajah jenaka tipikal India.” (105)

    Gonzales- Periang“Jika Dosen menjelaskan sesuatu yang rutnyam, ia melukis salib di dadanya sambil komat-kamit “mamma mia mamma mia” (106)

    Mashood- Fanatik“Mashood benar-benar mengagumi sang Imam.” (238)

    – Ramah
    “Brother Muslim! Oh, Subhanallah, marhaban, marhaban. ” (237)
    – Jenaka
    “Namanya Mashood. Tubuhnya tambun, wajahnya licin, bulat, dan jenaka.” (237)
    Amanat

    Kita harus berani bermimpi, karena mimpi mempunyai sebuah kekuatan yang dahsyat bagi mereka yang bersungguh-sungguh ingin meraih mimpinya.
    Efisiensikanlah hidup dengan melakukan hal yang bermanfaat.
    Usaha akan menghasilkan sesuatu yang manis, bila kita bersungguh-sungguh melakukannya.
    Cinta itu tak harus memiliki, karena cinta bukanlah hal yang bisa dipaksakan.
    Jika kita berupaya sekuat tenaga menemukan sesuatu, dan pada titik akhir upaya itu hasilnya masih nihil, maka sebenarnya kita telah menemukan apa yang kita cari dalam diri kita sendiri, yakni kenyataan, kenyataan yang harus dihadapi, sepahit apa pun keadaannya.
    Segala sesuatu dalam kehidupan ini sudah diatur oleh sang pencinpta, tak ada yang terjadi secara kebetulan.
    Hidup adalah sebuah tantangan, dengan impian tantangan itu dapat diselesaikan.
    Tertawalah, karena dunia akan tertawa bersamamu dan jangan bersedih karena kamu hanya akan menangis sendirian.
    Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.
    Hal yang kita lakukan di masa lalu akan mendapatkan balasannya kelak di masa yang akan datang, sesuai dengan apa yang kita perbuat.
    Kita harus bersyukur atas hidup ini dan belajar mencintai hidup yang telah diberikan oleh Tuhan.

    Sudut Pandang
    Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama (penggunaan kata ‘aku’ dan ‘kami’) dan sudut pandang orang ketiga tunggal dan jamak (penggunaan kata ‘dia’ dan ‘meraka’ atau penyebutan nama secara langsung.
    Gaya Bahasa
    Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sehari-hari, namun diselipkan bahasa-bahasa tradisional (melayu). Novel ini juga menggunakan analogi sebagai ilustrasi kepada pembaca.

    “Jika hidup ini seumpama rel kereta api dalam eksperimen relativitas Einstein, maka pengalaman demi pengalaman yang menggempur kita dari waktu ke waktu adalah cahaya yang melesat di dalam gerbong di atas rel itu. Relativitasnya berupa seberapa banyak kita dapat mengambil pelajaran dari pengalmana yang melesat-lesat itu.” (1).
    Novel ini juga menggunakan majas hiperbola.“Setiap hari, selalu ada saja hal baru yang menggairahkan kuperoleh dalam bidangku.Kini bangunan ilmu ekonomi yang telah lama teronggok kepadaku kurasakan berubah bentuknya.” (129-130)

    Latar

    Tempat
    Laut“Angin meniup layar, perahu menusuk kabut. Dini hari, tampak sayup setangkup wujud diselimuti halimun hanyut. Apakah pulau itu tujuanku?” (10)

    Bandara“Di Bandara Soekarno-Hatta aku mempelajari lampiran surat pengumuman beasiswa Uni Eropa itu.” (51)

    Tempat Kost“Tunggu sampai besok, hubungi Dr. Woodward. Kalau administrasi beres, baru kalian bisa tinggal di sini.” (60)

    Kantor Uni Eropa“Hebat sekali kantor Uni Eropa, mereja di jantung kota Brussel, kukuh berwibawa melambangkan supremasi bangsa-bangsa Eropa.” (67)

    Beberapa Negara di Eropa-Perancis“Selamat datang di Paris, Monsieur.” (77)

    Belanda“Kami berpisah dengan Famke di Stasium Sentral Amsterdam.” (186)

    Jerman“Kami tampil sukses di Bremen dan Frankfurt.” (193)-

    Denmark, Swedia, dan Norwegia“Denmark, Swedia, dan Norwegia kami tak laku.” (194)- Islandia“Ke Islandia, jauh dan harus naik feri. Meski bersusah payah, aku bertekad ke sana karena Njoo Xian Ling. Aku berhasil menjumpainya.” (194)- Finlandia “Helsinky, Finlandia, adalah kota Skandinavia terakhir yang kami kunjungi.” (194)
    Moskwa“Dengan menumpang bus sayur atau diam-diam lompat ke gerbong kereta minyak, kami sampai ke Moskwa.” (197)

    Siberia“Jika memang ada ujung dunia, Belush’ye-lah tempatnya. Belush berada di Taiga Siberia, bagian siberia paling pelosok.” (201)

    Rusia“Di balik gunung-gemunung itu, masih Rusia, dan di balik hutan-hutan itu, masih Rusia lagi.” (206)

    Italia“Rupanya di Stasiun Venesia banyak pencoleng. Polisi berjaga-jaga. Seperti di Jerman, polisi Italia menghormati tradisi backpacking.” (246)

    Spanyol“Di Spanyol aku ternganga-nganga di bawah kubah Sgrada Familia, aku merasa seperti berada di dalam kerajaan kaum lelembut.” (269)

    Inggris“Aku termangu-mangu di Terminal Victoria, London, sepi dalam hiruk-pikuk anak-anak muda yang ingin berangkat ke Bristol, kiblat bagi pecinta budaya pop, untuk belajar musik, performing arts, dan seni rupa.” (283)

    Waktu

    Pagi“Pagi-pagi kepalaku pening karena tak tidur.” (89)

    Sore“Sore itu kami bergegas ke booth telepon umum.” (231

    )Malam“Weh menunjuk berjuta bintang, tak kasat olehku lingkaran itu karena tersembunyi di antara gemerlap miliaran benda langit.” (9)

    Suasana
    Haru“Semuanya semakin indah karena keluarga kami memungut Arai, sepupu jauhku, yang mendadak menjadi sebatang kara dalam usia delapan tahun.” (10)

    Menengangkan“Aku tahu, sesuatu yang fatal akan menimpaku. Suhu mungkin telah jatuh sampai minus delapan belas derajat.(65)

    Hening
    “Suasana hening. Ayah berulang kali menarik napas panjang.”( 24)

    Sedih“Lututku lemas melihat Weh dicampakkan ke dalam lubang, diuruk sekenanya, ditancapi gagang pacul yang tadi patah waktu menggali liang lahatnya, lalu ditinggal begitu saja.” (12)

    Bahagia“Segalanya tiba-tiba berubah menjadi serab baik. Kini dalam penglihatanku, setiap benda menjadi indah, semuanya memliliki dimensi geometris yang berseni.” (31)

    Cemas“Sedang kami tak bisa menyanyi, tak rancak menari, tak pandai berakting, menyulap atau memainkan alat musik.” (154)

    Marah“Wadudh sudah tak bisa diatur!! Tak boleh lagi dia ke masjid ini!” (23)

    Romantis“Aku memanggilnya, ya ampun, baby. Ketika mengucapkannya, perutku sepertid digelitik.” (127)
    2) Unsur ekstrinsik
    Nilai Agama“Azan maghrib mengalir ke dalam rumah-rumah panggung orang Melayu, umat berduyun-duyun menuju masjid, menuju kemenangan.” (25)Unsur agama yang terdapat pada penggalan cerita di atas adalah keutamaan sholat di masjid. “Aku lebih kaget lagi karena suara amin itu hanya sendiri, sebab mazhab yang dianut jemaah masjid ini hanya mengucapkan amin dalam hati.” (243)

    Unsur Agama yang terdapat pada penggalan cerita di atas adalah perbedaan Mazhab dalam suatu Agama (Islam).

    Nilai Budaya
    “Di belahan dunia lain orang boleh mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun bagi orang Melayu pedalaman seperti kami, nama amat penting, nama berurusan dengan agama dan dianggap sumber aura.” (17)

    Unsur Budaya yang terdapat pada penggalan cerita di atas adalah pentingnya sebuah namabagi sebuah orang Melayu Pedalaman.
    “Tapi aneh, aku berusaha mengalihkan rindu itu dengan mengamati backpacker Kanada yang sedang mengemasi sleeping bag setelah semalam mereka tidur di taman dekat stasiun. Tak tahu mengapa, aku tak ingin memikirkan Katya, malah yang kubayangkan adalah penjelajahan backpacker Kanada yang mengagumkan.” (157)

    Unsur Budaya yang terdapat pada penggalan cerita di atas adalah tradisi backpacker orang Barat.
    “Belakangan kami tahu, oik adalah cara orang Belanda menyebut hai.” (53)
    Unsur Budaya yang terdapat pada penggalan cerita di atas adalah budaya bahasa orang Belanda.

    Nilai Sosial
    “Kehidupan di jalanan Eropa sering mengerikan. Psikopat, anarkis, paedophile, serial killer,exhibitionist, megalomaniac, berkeliaran mencari mangsa.” (223 – 224)
    “Meskipun kami saling bersaing tajam, semuanya hanya secara akademik. Setelah pertempuran ilmiah habis-habisan, kami menghambur ke kafe mahasiswa Brigandi et Bougreesses.” (111)

    Nilai Moral“Karena kalian berani bermimpi. Mimpi-mimpi itu menginspirasiku.” (186)

    Unsur Moral dari penggalan cerita di atas adalah tentang kekuatan dari mimpi.

    Sinopsis
    Sebuah kata wawancara menjadi sebuah undangan yang ditunggu-tunggu oleh Andrea dan Arai. Berbekal ijasah SMA keduanya mulai merantau ke tanah jawa. Dua kali mereka telah melakukan persiapan untuk menghadapi tes wawancara sebelum akhirnya mereka diterima bekerja sebagai sales peralatan dapur [untuk yang terakhir ini, mereka diterima bekerja tanpa tes wawancara sekalipun. Meski akhirnya mereka dipecat karena angka penjualannya memalukan.Kemudian, Andrea diterima bekerja di sebuah kantor pos di Bogor sementara Arai bekerja sekaligus kuliah di kalimantan. Andrea senang menjadi Pengatur Muda Pos, wewenangnya adalah mencairkan wesel dengan nilai sampai seratus lima puluh ribu. Dan itu sangat berarti baginya karena dengan kekuasaannya itu dia bisa membantu para mahasiswa IPB yang miskin. Kemudian, setelah keduanya lulus kuliah, mereka mengikuti tes beasiswa untuk mengambil S-2 ke Eropa. Dan, mereka diterima di Sorbonne. Sebuah tempat yang belum pernah terbayangkan jauhnya. Yang mereka tahu hanyalah waktu tempuh yang akan mereka alami.Di tengah kehidupan perkuliahan di Eropa, keduanya juga mengalami banyak pengalaman baru. Menjadi orang yang berada ditengah persaingan mahasiswa luar negeri dirasakan sebagai pengalaman yang mengasyikkan. Perjalanan-perjalanan indah telah mereka ciptakan. Melakukan perjalanan di Eropa tanpa mengikuti paket pariwisata menjadikan perjalanan mereka lebih menyenangkan. Hal baru telah menjadi sahabat bagi semangat mereka berdua. Hingga keduanya melakukan perjalanan sebagai backpacker mengelilingi dua benua sekaligus. Eropa dan Afrika. Menjadi artis jalanan di berbagai tempat adalah buah hati bagi semangat mereka selama melakukan perjalanan itu.Hingga akhirnya tibalah Andrea pada sebuah tempat yang dulu hanya bisa diceritakan oleh A-Ling setelah membaca sebuah novel. Edensor. Tempat yang ingin dituju oleh kekasih Andrea, seseorang yang telah menjadi bagian dari semangatnya.
    Kelebihan & Kekurangan

    Kelebihan:
    Novel ini sangatlah inspiratif, karena menginspirasikan kita untuk berani bermimpi dengan optimis, pantang menyerah dengan tekad yang kuat.Penggunaan kata dalam novel ini sangatlah apik, apalagi memadukan gambar ilustrasi sehingga pembaca dapat berimajinasi dan seakan-akan ikut mengalami petualangan dalam novel ini.Penggambaran yang kuat terhadap tokoh-tokoh membuat pembaca terhanyut dalam suasana novel ini.
    Kekurangan
    Bahan baku buku kurang bagus, karena menggunakan kertas buram, sehingga nampak pada beberapa halaman terdapat cetakan yang tulisannya tidak jelas terbaca.Gaya bahasa yang memadukan antara bahasa modern dan bahasa tradisional (melayu), sehingga pembaca akan sedikit merasa sulit memahami konteks kalimat.

    Kepengarangan
    Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains– fisika, kimia, biologi, astronomi– dan tentu saja sastra. Edensor adalah novel ketiganya setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi Andrea lebih mengindentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi dari unversitas Indonesia. Ia mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Université de Paris, Sorbonne, Prancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di pusat PT Telkom. Hobinya naik komidi putar.
    Kebermanfaatan
    Dari novel ini kita mendapatkan banyak pesan moral tentang kehidupan, seperti jika kita ingin mewujudkan mimpi hal utama yang harus kita lakukan adalah berani untuk bermimpi. Dan dalam meraih sesuatu yang kita idam-idamkan itu dibutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang sangat teguh. Serta ketika kita telah berusaha namun hasilnya tetap nihil kita harus menerima kenyataan, bagaimana pun hasil yang telah kita dapatkan.
    Terlepas dari moral tentang meraih mimpi, novel ini juga memberikan kisah inspiratif tentang bagaimana arti sebuah kesetiaan terhadap cinta, dan bagaimana perjuangan mencari cinta pertama yang pergi entah-berantah dengan melakukan perjalanan keliling eropa, walaupun hasil yang di dapatkan nihil

    Sumber : Tasli, juamrdin.”Keberanian untuk Bermimpi”.jumardintaslim.blogspot.co.id.16 September 2017 _ 16.19 WIB<http://jumardintaslim.blogspot.co.id/2016/08/resensi-novel-edensor-keberanian-untuk.html#.WbzqsFVKSpQ