Activity

  • Devi Sintia Putri Utami posted an update 6 years, 7 months ago

    Fonologi Bahasa Indonesia dan Karakternya
    BAB I
    Pendahuluan
    A. FONOLOGI DAN BIDANG PEMBAHASANNYA
    Bahasa adalah sistem bunyi ujar yang sudah didasari oleh para linguis. Oleh karena itu, objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Kalu toh dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa tulis, dianggap sebagai bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan. Oleh karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik.
    Konsekuensi logis dari anggapan, bahkan keyakinan ini adalah dasar analisis cabang-cabang linguistik apa pun seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksiologis, dan lainnya. Cabang-cabang tersebut mengkaji sesuai dengan konsentrasinya msing-masing. Misalnya, fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan bunyi, morfologi pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalaan susunan kata dalam kalimat, semantik pada persoalan makna kata, dan leksikologi pada persoalan perbendaharaan kata.
    Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar ini diselidiki oleh cabang linguistik yang disebut fonologi. Fonologi ini sendiri dipelajari menjadi dua sudut pandang:
    1. Bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tak ubahnya seperti benda atau zat. Bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu, pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian disebut fonetik.
    2. Bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dai sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujar yang merupakan unsur-unsur bahasa terkecil yang merupakan struktur kata dan yang sekaligus berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai dari sistem yang disebut fonemik.
    B. KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
    Sebagai bidang yang berkonsentrasidalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, baik linguistik teoritis maupun terapan. Cabang-vabang linguistik yang berkonsentrasi pada bidangnya seperti:
    Bidang morfologi, yang konsentrasi analisisnya pada tataran struktur internal kata(mulai dari perilaku kata, proses pembentukan kata, sampai dengan nosi yang timbul akibat pembentukan kata) sering memanfaatkan hasil studi fonologi. Ketika menjelaskan mengapa morfem dasar{pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl], serta diucapkan [pukulan] setelah mendapatkan proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks{-an}, praktis “minta bantuan” hasil studi fonologi. Begitu juga, morfem prefiks {m ǝ N-} ketika bergabung dengan morfem dasar {baca}, {daki}, {garap}, {jerit}, menjadi [mǝmbaca], [mǝndaki]. [mǝղgarap’], dan [mǝǹjerίt], dan ketika bergabung dengan morfem dasar [pacu], [tari], [kuras], [ayat], [sayat] menjadi [mǝmacu], [mǝnari] yang juga memanfaatkan hasil studi fonologi.
    Bidang sintaksis, yang konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat ketika berhadapan dengan kalimat kamu disini (kalimat berita), kamu disini? (kalimat tanya), dan kamu disini! (kalimat seru/perintah) yang ketiganya mempunyai maksud dan tujuan yang berbeds, padahal masing-masing terdiri atas tiga kata yang sama, yang dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologi, yaitu intonasi. Persoalan jeda dan tekanan pada kalimat, yang ternyata bisa membedakan maksud kalimat, terutama bahasa Indonesia.
    Bidang semantik, yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata yang jarang memanfaatkan hasil tentang fonologi. Kapan sebuah kata bisa divariasikan ucapannya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu dan teras jika diucapkan secara bervariasi [tahu], [tau], [teras], dan [təras] akan bermakna lain, sedangkan kata duduk dan bidik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [bidί?], [bίdί?] tidak membedakan makna dan hasil analisis fonologislah yang bisa membantunya.
    Bidang leksikologi atau juga leksokografi, yang berkonsentrasi pada persoalan perbendaharaan kata suatu bahasa, baik dalam rangka penyusunan kamus maupun tidak, sering memanfaatkan hasil kajian fonologi. Cara-cara pengucapan yang khas suatu kata dan variasi pengucapan hanya bisa dideskripsikan secara cermat lewat transkripsi fonetis.
    Bidang dialektologi, yang bermaksud memetakan “wilayah” pemakaian dialek atau variasi bahasa tertentu yang sering dimanfaatkan untuk kajian fonologi, terutama variasi-variasi ucapan bahasa, baik secara geografis. Variasi-variasi ucapan hanya bisa dijelaskan dengan tepat kalu memanfaatkan hasil analisis fonologi.
    BAB II
    A. KONDISI KAJIAN FONETIK
    1. Kajian fonetik di Barat
    Di Barat, kajian linguistik dilakukan dengan cara scientific atau ilmiah. Berbagai alat seperti pemeriksaan, penyelidikan, dan percobaan diadakan. Banyak hasil yang diperoleh dari penyelidikan ini. Umpamanya, apabila diteliti dengan alat-alat tertentu dapatlah diketahui bagaimana kedudukan lidah ketika bertutur, peranan yang dimainkan langit-langit lembut ketika menyebutkan bunyi-bunyi sengau seperti [m],[n], [ǹ] dan [ɳ], peranan yang dimainkan pita suara ketika menyebutkan bunyi yang bersuara [b], [d], [g], [v] dan buyi tidak bersuara[p],[t],[k],[f].
    Kajian fonetik ilmiah ini belum berkembang dengan baik. Hasil kajian hanya memberikan penjelasan kepada kita mengenai bagaimana gerakan alat-alat bicara dan hasil-hasil yang diperolehnya.
    2. Sejarah perkembangan kajian fonetik
    Pengkajian fonetik ditangani serius sejak terbentuknya International Phonetic Assosiation(IPA) pada tahun 1886 di Barat, walaupun buku-buku yang membicarakan bunyi bahasa telah terbit sejak tahun 1569.
    Misalnya:
    – Orthograpic oleh John Hart (1569)
    – De Grammatica Anglicona oleh John Wallis’s(1653)
    Walaupun IPA terbentuk tahun 1886, di inggris sendiri pengkajian fonetik digeluti secara intensif mulai tahun 1907, yaitu setelah University of London yang mengakui usaha-usaha Daniel Jones(seorang pakar fonetik Inggris yang terkenal) dan melantiknya sebagai dosen dalam pengkajian fonetik di University Callange.

    DAFTAR PUSTAKA
    Muslich, mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara