Activity

  • Lukman Budhi Purnomo posted an update 8 years, 7 months ago

    Teknik Pengelasan Busur Listrik
    Las adalah teknik menyambung antara logam dengan jenis sambungan tetap, artinya sambungan tidak dapat dipisah kembali setelah tersambung kecuali jika sambungan tersebut dirusak. Peralatan las terdiri dari 2 kelompok, yaitu mesin las dan peralatan pembantu pengelasan. Secara makro, proses pengelasan logam diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaiitu ; Liquid State Welding ( LSW ) dan Solid State Welding ( SSW ). LSW adalah Proses pengelasan logam yang dilakukan saat keadaan cair, sedangkan SSW merupakan proses pengelasan pada keadaan logam padat.

    Meskipun secara makro, klasifikasi pengelasan dibagi 2, akan tetapi metode pengelasan yang digunakan sangat bervariasi, salah satunya adah las busur listrik. Pada las busur listrik, panas yang dihasilkan berasal dari loncatan elektron dari 2 buah kutub listrik yang didekatkan., yang pada akhirnya panas tersebut dapat melelehkan logam untuk membuat sambungan.Besar kecilnya energy yang dihasilkan dipengaruhi oleh arus dan tegangan listrik, serta jarak antara elektroda dengan benda kerja.

    Secara garis besar, las busur listrik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu ; flass butt, consumable electrode, dan non consumable electrode. Flash butt adalah metode pengelasan yang dilakukan dengan menggabungkan antara loncatan electron dengan tekanan. Consumable Electrode adalah proses pengelasan dimana elektroda las juga berfunsi sebagi bahan tambah. Electrode yang digunakan pada proses consumable electrode ada 3, yaitu ; elektroda batangan, elektroda gulungan tanpa inti, dan elektroda gulungan dengan inti fluks ditengahnya. Non consumable elektroda adalah pengelasan dengan menggunakan elektroda, dimana elektroda tersebut tidak berfungsi sebagai bahan tambah. Elektroda hanya berfungsi sebagai pembangkit nyala listrik, sedangkan bahan tambah yang digunakan adalah filler metal.

    Pada dasarnya, instalsi pengelasan busur listrik terdiri dari bagian – bagian berikut :
    a. Sumber daya, bisa berupa arus DC maupun AC
    b. Kabel timbel las dan pemengang elektroda
    c. Kabel balik las dan penjepit
    d. Hubungan ke ground / massa
    Voltase sirkuit terbuka adalah voltase yang tersedia pada terminal keluaran dari suatu peralatan las yang diap untuk digunakan mengelas,, tapi tidak membawa arus dan biasanya dibatasi antara 80 – 100 volt untuk AC dan 60 – 80 untuk DC. Voltase awal yang tinggi ini memungkinkan untuk terbentuknya busur api. Segera setelah busur api terbentuk, voltase diantara ujung elektroda dan benda kerja akan turun sampai lebih kecil dari setengah voltase srkkuit terbuka, dan voltase ini disebut voltase busur api.

    Pemeriksaan las secara visual meliputi :
    a. Dimensi endapan las, diukur dengan panjang kaki
    b. Bentuk profil ( untuk las sudut ) haruslah seragam dan agak cekung/cembung dan kalau mungkin bersudut 45 ͦ.
    c. Keseragaman permukaan.
    d. Derajat potongan bawah, sambungan yang dilas harus bebas dari potongan bawah, tetapi ukuran yang kecil bias diabaikan.
    e. Kehalusan sambungan, bebas dari lubang kecil, rongga-rongga, dan retak/kerak yang terbakar.
    Macam –maam kampuh pad alas
    Jenis kampuh yang dipakai pada tiap pengelasan bergantung pada :
    a. Ketebalan benda kerja.
    b. Jenis benda kerja.
    c. Kekuatan yang diinginkan.
    d. Posisi pengelasan.

    Jenis jenis kampuh diantaranya sebagai berikut :
    a. Kampuh I
    b. Kampuh K
    c. Kampuh V
    d. Kampuh U
    e. Kampuh T
    f. Kampuh x

    Gambar jenis – jenis kampuh
    Penggunaan las sebagai media penyambung plat logam sangat banyak diterapkan dalam berbagai bidang dalam kehidupan sehari hari, sebagai berikut :
    a. Penyambung rangka kendaraan.
    b. Penyambung rangka tabung gas.
    c. Penyambung rangka konstruksi bagunan baja.
    d. Penyambung rangka trails jendela atau pagar.
    e. Penyambung rangka jembatan baja.