Activity

  • Muhammad Jafier Kautsar posted an update 6 years, 7 months ago

    RESENSI BUKU

    Judul Buku : Tuhan Tidak Perlu Dibela
    Karya : Abdurrahman Wahid
    Tahun Terbit : 1999
    Penerbit : Saufa (bekerja sama dengan LKiS)
    Jumlah Halaman : 316 Halaman
    Editor : Muh. Shaleh Isre
    Pemeriksa Aksara : Fuad Mustafid
    Tata Sampul : Morenk
    Tata Isi : Santo
    Pracetak : Antini, Dwi, Wardi

    Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Dur, merupakan seorang tokoh islam Indonesia dan seorang mantan presiden Republik indonesia. Meskipun hanya menjabat kurang dari 2 tahun namun beliau adalah sosok yang inspiratif dan karya karya tulisnya sera buah pemikiranyasering menghiasi surat surat kabar. Tulisan yang terkumpul dalam buku “Tuhan tidak perlu dibela” diambil dari kolom kolom Gus Dur di majalah tempo pada dasawarsa 1970-an sampai 1980-an. Buku ini merupakan kumpulan dari hasil pemikiran Gus Dur yang dikaji dengan sudut pandang berbeda atau menghadirkan Gus Dur “dari sisi yang lain”. Di buku ini juga banyak terdapat pandangan Gus Dur tentang cara beliau menyikapi sisi keimanan, kebudayaan, dan isu isu politik dan kenegaraan. Tetapi, agama dan politik adalah hal yang paling banyak mendapat perhatian dari Gus Dur. Karena menurut Gus Dur, agama dan politik sering menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Sebagai seorang yang pernah berkecimpung dia dunia jurnalis, aktivis dan ditambah latar belakang seorang santri menjadikan Gus Dur sebagai tokoh yang patut diperhitungkan di jagat intelektual. Pada bab 1 bagian 11 buku ini yeng berjudul “’Islam Kaset’ dengan kebisinganya” terdapat pandangan Gus Dur tentang bagaimana hukum membangunkan orang yang sedang tidur untuk beribadah, bagi saya cara pandang Gus Dur terhadap cara mendidik seorang anak untuk beribadah dan juga pandangan Gus Dur pada orang-orang yang menggunakan pengeras suara untuk media dakwah tetapi tidak menggunakan prinsip “kebijaksanaan”. Di sana, dapat terlihat pandangan Gus Dur yang seakan “tidak ambil repot” tetapi memiliki nilai kebenaran yang berasal dari akal manusia dan juga tetap tidak melenceng dari aqidah. Dan dalam bab II bagian 5 yang berjudul ”Serba Tunggal” yang menceritakan tentang seorang Indonesia yang berada di Tunisia yang percakapanya berisi anekdot tentang sebuah gagasan untuk menciptakan partai tunggal di Indonesia. Karena, di Idonesia sendiri pada masa itu hanya ada satu partaiyang menjadi mayoritas di DPR, MPR, dan DPRD yaitu mayoritas Golkar. Tulisan ini cukup menarik karena beliau mengungkapkan sebuah kebenaran dengan dituliskan dalam sebuah perumpamaan yang cukup menarik. Dan pada bab III bagian 2 terdapat sebuah artikel yang berjudul “Gatotkaca Anti-Israel”, saat membaca judulnya, saya akan mengira bahwa artikel ini akan berisi tentang hubungan Indonesia dan Israel. Namun, pada tulisan ini Gus Dur menyikapi tentang budaya anak muda yang mulai kehilangan tokoh panutan konkret dari dunia nyata hingga akhirnya memilih sosok fiksi. Di sini juga terdapat kekahawatiran Gus Dur tentang krisis panutan dan hasil dari hilangnya kredibilitas pemimpin. Dalam artikel ini, menurut saya, Gus Dur mencoba untuk “menyentil” pemerintah agar mendapatkan kembali kredibilitasnya, agar rakyat bisa kembali memiliki sosok panutan yang masih hidup, dan bukan hanya sosok fiksi. Setelah membaca buku ini, saya dapat mengatakan cara Gus Dur menyikapi permasalahan sangatlah unik, unik yang saya maksud yaitu berbeda namun memiliki nilai kebenaran. Oleh karena itulah meskipun yang ditulis sangat berbeda, namun saya tidak bisa vmengatakan bahwa apa yang Gus Dur tulis adalah salah. Karena beliau memiliki pembuktian dan pembenaran yang tidak dapat dibantah.