Activity

  • Khoirul Anwar posted an update 6 years, 7 months ago

    RESENSI BUKU

    Judul buku : Benang Merah Seni Rupa Modern

    Penulis : Nanang Ganda Prawira

    Penerbit : PT. SARANA TUTORIAL NURANI SEJAHTERA

    Jumlah halaman : vii + 232 Halaman

    Tahun Terbit : 2016

    Tempat Terbit : Bandung

    Pada dasarnya perjalanan atau perkembangan seni rupa Barat selalu tidak lepas dari perjuangan terhadap nilai kebebasan dan kreativitas. Nilai kebebasan gaya yang satu ditentang oleh nilai kebebasan gaya yang lainnya, baik kebebasan segi pemilihan tema, estetika maupun teknik dan proses kreatifnya. Orientasi yang fundamental dari seni rupa barat adalah seni klasik Yunani dan Romawi kuno.

    Tiga seniman post Impresionisme Cezanne, van Gogh, dan Gauguin membuka pintu gerbang ke arah modernisasi kesenirupaan. Dengan perbedaan pandangan, idealisme, konsepsi, teori dan prinsip, para seniman melahirkan beragam gaya dan aliran yang terkadang merupakan gerakan

    Buku ini menjabarkan bagaimana proses perjalanan perkembangan seni rupa kuno hingga sampai pada seni rupa modern, bagaimana rajutan peristiwa itu terjalin, kemudian benang merah dari gagasan aliran yang satu dengan yang lainnya dengan penjabaran yang cukup efektif. Dalam buku ini juga dengan tegas tertulis bahwa perjalanan seni rupa modern di eropa (sebut saja: Barat) memiliki benang merah yang jelas dan tegas. Alur dan bentangnya memperlihatkan satu kesatuan yang saling berhubungan. Gaya atau aliran yang satu muncul sebagai menentang (mereaksi) aliran atau gaya sebelumnya. Pertentangan atau reaksi tersebut didasari argumentasi atau konsepsi senimannya yang sangat kuat.

    Kemudian ditutup dengan perkembangan seni rupa di Barat (khususnya Eropa dan Amerika) tidak lepas dari benang merah yang membentang dari kebudayaan yunani hingga abad kedua puluh. Sejak tradisi klasik menggema dan menggelora di seluruh pelosok dunia hingga abad modernitas di segala cabang kebudayaan, merupakan rangkaian yang saling terkait satu sama lain.
    Tradisi seni klasik yang gemilang kemudian diredam seni Kristiani yang meredupkan kreativitas manusia menjadi penyebab tumbuhnya gerakan pencerahan dan pendobrakan yang cukup hebat. Gerakan kelahiran kembali nilai klasik oleh tokoh Renaissance menjadi bukti bahwa abad kegelapan menjadi belenggu seniman dalam berkarya cipta.
    Pandangan terhadap nilai-nilai klasik yang mapan diperjuangkan untuk terus dipertahankan oleh para seniman hingga muncul gerakan Realisme yang mencoba mencibirkan nilai klasik dan menegaskan sikap antiklasiknya. Hal ini dapat kita lihat dari cara dan metode berkarya yang mengingkari kaidah klasik. Seni klasik yang juga masih membelenggu kebebasan ternyata dianggap sebagai ketidakpuasan seniman dalam berkarya. Sebab ternyata pada gerakan dan aliran Realisme tersebut seakan melahirkan konsep seni baru yang lebih otonom. Sejak para tokoh seniman Realisme merefleksikan alam dan lingkungan sosial dengan “mata dan hatinya” melalui karya seni lukis, maka generasi penerusnya juga mulai membuka diri terhadap kenyataan kehidupan yang ada.

    Kenyataan (realita) yang ada disekitar kehidupan para seniman, termasuk berbagai pengalamannya (empirik) dalam berkarya. Dari pengalamannya inilah para seniman menemukan hal-hal baru, sebagai pendekatan dan teori baru sehingga dikatakan sebagai ilmu pengetahuan baru. Para seniman kemudian berkarya dengan menggunakan pendekatan empiric dan ilmu pengetahuan baru. Tidak lagi menggunakan prinsip dan kaidah klasik sebagai ilmu pengetahuan lama, tetapi justru kaum realis menemukan ilmu yang empiric. Ilmu tersebut tidak hanya ditangkap melalui mata tetapi ditafsirkan dengan perasaan yang kemudian diwujudkan melalui visualisasi karya.

    Tanda-tanda modern sudah tampak, sebab salah satu cirinya adalah mulai adanya usaha melepaskan diri dari tradisi lama (klasik). Berkarya tidak lagi meniru alam atau berdasarkan apa yang dilihat secara fotografis atau realistik-visual, tetapi apa yang dirasakan dan apa yang ditangkap oleh masing-masing pribadi seniman. Tentu saja hal ini menimbulkan individualisasi dalam kekaryaannya. Setiap seniman memiliki karakter ungkapan yang berbeda satu sama lain. Hal inilah yang membuka peluang terhadap munculnya beragam aliran dan gaya seni lukis. Apalagi semenjak seniman mulai berpetualang ke berbagai pelosok negeri sambil melukis berbagai kenyataan. Dari petualangannya itu mereka menemukan ilmu dan menerapkannya ke dalam karya seni rupa. Mereka menemukan kebebasan dalam berkarya. Kebebasan yang hakiki adalah kebebasan mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan yang lebih otonom. Karena itu, kebebasan dalam seni adalah kewajaran yang menunjang lahirnya kreativitas.

    Setelah lahirnya Impresionisme dan diakhiri dengan post Impresionisme, maka kecenderungan individualisasi dalam seni semakin tampak menajam. Tiga serangkai seniman post Impresionisme Cezanne, van Gogh, dan Gauguin membuka pintu gerbang kea rah modernisasi kesenirupaan. Dengan perbedaan pandangan, idealisme, konsepsi, teori dan prinsip, para seniman melahirkan beragam gaya dan aliran yang terkadang merupakan gerakan. Gerakan atau gaya yang satu menentang gaya yang lain. Setiap reaksi, pertentangan atau pengembangan dari suatu paham/aliran atau gerakan tak lepas dari perjuangan dalam prinsip kebebasan, dan konsepsi berkarya, baik dari segi estetika, tematik maupun teknik, dengan tidak lepas dari pengaruh latar belakang budaya, sosial, dan politik.